Kamis, 30 September 2010

In Service Opening

Penyematan tanda peserta KKG Program BERMUTU 2010 dan Penyerahan Materi KKG BERMUTU secara simbolis.

Senin, 27 September 2010

JADWAL IN SERVICE

JADWAL IN SERVICE KKG GUSLAH III MOJOWARNO


Hari ke  : 1 (satu)
Tanggal : 28 September 2010
Tempat : Aula I Dinas Pendidikan Jombang
Waktu Materi
07.15-08.00 Kebijakan Pemerintah
08.00-08.50 Kebijakan Pemerintah
08.50-09.40 Pengenalan Program Bermutu
09.40-10.00 Coffea Break
10.00-10.50 Pengenalan Program Bermutu
10.50-11.40 KTSP
11.40-12.30 KTSP
12.30-13.20 Ishoma
13.20-14.20 KTSP
14.20-15.10 Strategi Pembelajaran
15.10-16.00 Strategi Pembelajaran
16.00-16.50 Strategi Pembelajaran


Hari ke  : 2 (dua)
Tanggal : 29 September 2010
Tempat : SDN Jogoroto  1
Waktu Materi
07.00-07.50 Jurnal Belajar
07.59-08.40 Jurnal Belajar
08.40-09.00 Coffea Break
09.00-09.50 Silabus dan RPP
09.50-10.40 Silabus dan RPP
10.40-11.30 Penilaian Pembelajaran
11.30-12.30 Ishoma
12.30-13.20 Penilaian Pembelajaran
13.20-14.30 Media Pembelajaran
14.30-15.20 Media Pembelajaran
15.20-16.10 Pembelajaran Tematik
16.10-17.00 Pembelajaran Tematik


Hari ke  : 3 (tiga)
Tanggal : 30 September 2010
Tempat : Aula UPTD Pendidikan Mojowarno
Waktu Materi
07.00-07.50 Kajian Kritis
07.59-08.40 Kajian Kritis
08.40-09.00 Coffea Break
09.00-09.50 Case Study
09.50-10.40 Case Study
10.40-11.30 Lesson Study
11.30-12.30 Ishoma
12.30-13.20 Lesson Study
13.20-14.30 Pengenalan PTK
14.30-15.20 Pengenalan PTK
15.20-16.10 Pengenalan ICT
16.10-17.00 Penyusunan Program Kerja

































  













Kamis, 23 September 2010

WARTA SINGKAT

Warga KKG 3 Mojowarno, pertemuan dalam rangka rangkaian  program   BERMUTU, dilaksanakan :

1. Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang pada 28 September 2010 peserta 11 klaster KKG dari Mojowarno, Bareng, Ngoro, Wonosalam, Mojoagung, Jogoroto, Sumobito.

2. SD Negeri Jogoroto 1 pada 29 September 2010 peserta klaster KKG 3 Mojowarno dan KKG 1 Jogoroto

3. Aula UPTD Pendidikan Kecamatan Mojowarno pada 30 September 2010 peserta klaster KKG 3 Mojowarno dan KKG 2 Mojowarno.

Senin, 20 September 2010

PECAHAN

                            PENGANTAR BERPIKIR
                                                  Jokoprie'2009
          Belajar  pada dasarnya adalah proses yang berkesinambungan. Proses tersebut seyogyanyan melalui  jenjang-jenjang atau tahapan yang sesuai tahap perkembangan berpikir siswa. Setiap jenjang usia mempunyai tahap berpikir yang berbeda.  Dalam kegiatan belajar mengajar,  wajib hukumnya bagi guru mengikuti tahap berpikir yang sesuai perkembangan siswa. 
          Konsep pecahan dianggap salah satu konsep yang sukar dijelaskan oleh guru dan sukar dipahami oleh murid. Konsep bilangan pecahan dan operasinya lebih sulit dipahamkan kepada siswa dibanding konsep bilangan bulat dan operasinya, atau bilangan cacah dan operasinya. Tidak dipungkiri sebagai pengetahuan matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain : abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis dan logis. Soedjadi (1999) di dalam Muhsetyo dkk  (2008 : 1.2 ) menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari.  Anggapan ini dapat dipatahkan jika ada media pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan tahap berpikir siswa. 
           Permasalahan pemahaman konsep pecahan yang ditemui di kelas selalu bervariasi, diantaranya konsep perkalian bilangan pecahan. Hal ini terjadi karena ada lompatan pemahaman konsep pecahan. Untuk membetulkan kesalahan pemahaman konsep perkalian pecahan, sehingga siswa tidak menyamakan operasi perkalian pecahan dengan penjumlahan pecahan atau sebaliknya, maka perlu dicari model pembelajaran yang tepat dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan tahap perkembangan berpikir siswa. 
          Model pembelajaran yang dimaksud akan tepat ketika seorang guru mengubah model pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran bermakna dengan menggunakan bantuan media yang familier dengan peserta didik. Media mempunyai peranan penting dalam pembelajaran, karena media dapat membantu mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak. Hal ini sangat menunjang pemahaman peserta didik terutama bagi peserta didik di tingkat sekolah dasar sesuai dengan karakteristiknya. 
Jean Piaget di dalam Muhsetyo dkk (2008: 1.9) menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat yaitu: (1) sensori motor (0-2 tahun); (2) pra-operasional (2-7 tahun); (3) operasional konkret (7-11 tahun) dan (4) operasional (> 11 tahun). Berdasarkan pendapat tersebut anak sekolah dasar berada pada tingkat operasional konkret, yang berarti anak sekolah dasar bisa dibelajarkan berfikir operasional akan tetapi belum bisa berfikir abstrak dan memerlukan sesuatu yang konkret untuk membantu pemahaman materi.
          Pendapat tersebut diperkuat lagi oleh Jerome Bruner di dalam Muhsetyo dkk (2008 : 1.12) yang menyatakan tiga tingkatan perkembangan mental peserta didik yang meliputi : (1) enactive, yaitu tahap manipulasi objek langsung; (2) iconic, yaitu tahap manipulasi objek tidak langsung; (3) symbolic, yaitu tahap manipulasi symbol. Siswa kelas V berada pada tahap enactive, oleh karena itu matematika hendaknya dibelajarkan dengan manipulasi objek tidak langsung. Bahan manipulatif sendiri adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dapat dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar, ditambah, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan). Penggunaan bahan manipulatif ini dimaksudkan agar peserta didik mudah dalam memahami konsep dan prosedur matematika. Begitu juga pada materi perkalian pecahan. 
           Pelajaran matematika menuntut pemahaman yang lebih mendalam karena sangat jelas terlihat kesinambungan antar setiap materi ajar yang satu dengan yang lain. Artinya suatu konsep dasar yang terkandung pada satu satuan bahasan harus dapat dipahami dengan seksama sebelum melangkah ke konsep dasar berikutnya. Apabila ada lompatan konsep dapat dipastikan terjadi salah pemahaman konsep. Hal ini sering terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.
          Pecahan adalah perbandingan yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan. Dalam pembelajarannya biasanya peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami konsep dari pecahan tersebut, apalagi ketika diberi tugas untuk membandingkan. Tanpa penggunaan media,  konsep pecahan akan menjadi hal yang sulit dipahami. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis menggunakan bahan manipulatif dari plastik sebagai media.
          Pembelajaran perkalian dua bilangan pecahan merupakan pembelajaran yang mudah jika dilihat dari hasil belajar siswa. Berbeda ketika siswa melakukan operasi penjumlahan pecahan atau pengurangan pecahan. Dalam perkalian pecahan, siswa cukup mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Tetapi pada kegiatan ini, konsep suatu bilangan dan operasinya tidak dipahami. Tidak pernah diketahui siswa bagaimana suatu perkalian pecahan hasil diperoleh dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut sedangkan pada penjumlahan dan pengurangan tidak demikian, begitu pula nantinya pada pembagian pecahan. Untuk itu perlu proses yang benar dalam belajar sehingga siswa tidak hanya mendapat hasil belajar yang baik tetapi juga mengalami proses belajar yang benar. Ini membuktikan bahwa terjadi verbalisme pada pembelajaran, suatu bentuk kesalahan pembelajaran yang harus dihindari. Ini juga membuktikan bahwa telah terjadi lompatan konsep sehingga perlu dibuat proses belajar yang benar yang pada akhirnya akan menyelaraskan bahwa belajar adalah suatu proses.

Jumat, 17 September 2010

Case Study

Belajar Pecahan bagi Anak Manapun Sama Sulitnya
Oleh : Djoko Prihatin


Tahun 2001 saya mulai bertugas di SDN Selorejo. Sebuah sekolah yang menurut saya representatif untuk KBM. Pendapat ini muncul karena sekolah saya yang baru mempunyai gedung yang mentereng dan terletak di pinggir jalan raya. Namun ketika saya mulai ditugaskan di kelas IV, ternyata pencapaian prestasi belajar siswa-siswinya sama atau relative sama dengan tempat saya bertugas di tempat terpencil. Ahli ilmu jiwa berpendapat jika anak usia SD berada pada Tahap Usia Konkret. Saya meyakini ini sebagai kebenaran karena dimanapun anak berada, apakah di kota, di desa, di daerah berfasilitas, atau daerah tanpa fasilitas, semuanya berada pada tahapan tersebut. Boleh percaya boleh tidak, saya telah mengalami bertugas mulai dari tempat paling primitif di Indonesia, di Papua, di desa dan di kota kabupaten. Dari rangkaian tempat saya mengabdi saya berkesimpulan, membelajarkan murid SD artinya memberi pengalaman langsung pada mereka untuk melihat, berbuat dan merasakan materi ajar.
Suatu ketika saya mengajar penjumlahan pecahan. Saya berikan kepada mereka cara menjumlahkan pecahan dengan memberi contoh pengerjaan operasi pecahan seperti yang biasa diberikan guru kepada murid. Yaitu dengan menyamakan penyebut kemudian menjumlahkan pembilang dengan pembilang dan penyebut yang telah sama tetap sama tidak dijumlahkan, seperti ini :
2/5 + 2/10 = 4/10 + 2/10 = 6/10
Bagi saya pada waktu itu, anak-anak pasti bisa. Sebab yang saya ajar adalah anak yang bersekolah di gedung yang mentereng dan ini ada di Jawa bukan Papua. Mereka tinggal menyamakan penyebut dengan mencari kelipatan yang sama. Kemudian mengubah pembilang sehingga bernilai sama. Ternyata beberapa anak menjawab dengan benar dan beberapa yang lain salah. Sayapun mengulang lagi kegiatan pembelajaran dan memberi soal latihan. Saya tunjuk beberapa anak secara acak untuk mengerjakan soal latihan di papan tulis. Hasilnya ?... sama ! bahkan yang menjawab benar soal latihan, masih punya anggapan kalau 2/5 lebih kecil dari 3/10. Ini berbahaya, anak tidak mengenal konsep pecahan. Ada yang benar ada yang tidak. Dan yang parah, tidak tahu asal usul jawaban sendiri. Saya nggak habis pikir, kurang jelaskah saya menerangkan ?.
Sayapun teringat apa itu Tahap Operasi Konkret. dan saya teringat peraga yang pernah saya buat untuk anak-anak Papua. Peraga yang saya gunakan untuk mengajar konsep bilangan pecahan dan operasinya. Peraga yang sangat sederhana yang bias dibuat dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Peraga ini saya buat dari plastic mika. Setiap plastic menyatakan nilai bilangan pecahan yang dinyatakan dengan besar arsir yang ada.

Kalau mau menjumlahkan suatu pecahan anak tinggal menumpuk dua kartu bilangan dengan arsir di kanan dan kartu lain arsir di kiri. Lalu anak menghitung jumlah arsir yang terbentuk. Karena plastic bersifat tembus pandang, maka ketika disusun akan terlihat arsir dari kartu bilangan lain. Itu untuk peragaan penjumlahan yang penyebutnya sama. Sedangkan untuk yang berbeda penyebut masih memerlukan bantuan kartu penyebut dalam mengoperasikan peragaan. Yang jelas anak mengerti tentang konsep bilangan pecahan, mengerti konsep operasi penjumlahan pecahan. Mereka merasa enjoy dengan hasil yang diperoleh dan kegiatan yang dirasakan.

Senin, 13 September 2010

Idul Fitri

Kepada seluruh anggota KKG Guslah III Kecamatan Mojowarno Kab. Jombang, kami ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri Minal Aidzin wal Faidzin.

Rabu, 08 September 2010

ICT

KKG Guslah III Mojowarno Program BERMUTU telah melaksanakan kegiatan pelatihan ICT pada hari Minggu, 5 September 2010.

Minggu, 05 September 2010

Pra BERMUTU

KKG III Mojowarno-Jombang

PROFIL PESERATA PROGRAM BERMUTU KKG GUSLAH III
Provinsi : Jawa Timur
Kabupaten : Jombang
Kecamatan : Mojowarno
Lokasi : Reguler
Nama KKG : KKG Guslah III
Alamat Sekertariat KKG : SDN Selorejo
Nama Ketua KKG : Sunyono
No Telp Rumah Ketua KKG
No HP Ketua KKG : (0321)6966294


II. Anggota KKG
No NamSekolah Nama Guru /NIP NIP PEND. NO HP TUGAS MENGAJAR JUMLAH SISWA

1 SDN MOJOJEJER 1 1Drs. Dwi Cahyanto 196708081991041003 S-1 03216989474 Guru Kelas VI 36
2 Karunia Firmansyah,S.Pd 19850107 200604 1 007 S-1 Guru Kelas IV 33
2 SDN MOJOJEJER 2 3 Sunyono 19590117 198112 1 001 D-II / 1998 03213861336 Guru Kelas VI 21
4 Wintanu,S.Pd 19620623 198201 1 004 S-1 / 1998 03215192714 Guru Kelas V 16
3 SDN SELOREJO 5 Suminah,S.Pd 19610920 198112 2 003 S-1 / 2006 081332908854 Guru Kelas III 22
6 Djoko Prihatin,S.Pd 19670520 198511 1 001 S-1 /2004 081259931193 Guru Kelas IV 32
4 SDN GEDANGAN 1 7 Istiqomah,S.Pd 19700603 200012 2 004 S-1 / 1994 Guru Kelas III 36
8 Sutrisno 19710106 199304 1 002 D-II / 1992 Guru Kelas IV 38
5 SDN MENGANTO 9 Slamet Abadi,S.Pd 19651005 199003 1 009 S-1 / 2004 03216106250 Guru Kelas V 61
10 Zainul Sabikis,S.Pd 19650124 199111 1 001 S-1 / 1997 03216119525 Guru Kelas VI 39
6 SDN CATAKGAYAM 1 11 Kusmiati 19561019 197702 2 002 D-II / 1996 Guru Kelas V 52
12 Chusnul Machsum,S.Pd 19700224 199403 1 006 S-1 / 2007 03217178320 Guru Kelas VI 48
7 SDN SIDOKERTO 1 13 Ratna Wulan Setyo R, S.Pd 19670307 198511 2 001 S-1 / 2005 03216224517 Guru Kelas II 19
14 Sulikah, S.Pd 19680410 200701 2 025 S-1 081615473629 Guru Kelas V 14
8 SDN SIDOKERTO 2 15 Nik'anah, S.Pd 19640828 199903 2 006 S-1 / 2000 Guru Kelas II 12
16 Wiwin Danuwati,S.Pd 19750117 199912 2 001 S-1 / 2003 Guru Kelas VI 22
9 SDN SUKOMULYO 17 Mahmud 19700901 199912 1 001 D-II / 1997 Guru Kelas III 30
18 Siti Latifah 19820522 200701 2 005 S-1 / 2005 03216275089 Guru Kelas IV 10
10 SDN CATAKGAYAM 2 19 Drs. M. Khozin 19620624 198303 1 006 S-1 Guru Kelas VI 22
20 Nur Lailatul Q 19750714 199912 2 001 D-II Guru Kelas II 21
JUMLAH SISWA 592

Keterangan : KETUA KKG GUSLAH III
Guru Pemandu KECAMATAN MOJOWARNO
1. Djoko Prihatin,S.Pd HP. 081259931193

S U N Y O N O
NIP. 19590117 198112 1 001




S U N Y O N O
NIP. 19590117 198112 1 001